Sunday, September 11, 2011

Bobby Joseph, Mobil Mogok Gara-Gara Nyalain TV

DIBALIK kesebukannya di dunia akting, ternyata bintang sinetron Bobby Joseph menyimpan ketertarikan di dunia automotif, termasuk modifikasi perlengkapan entertainment mobilnya. Bobby pernah mendorong mobil lantaran mogok kehabisan strum. Setelah diusut, ternyata gara-gara TV yang dinyalakan tidak lama setelah mesin dihidupkan.

Mobil yang sering Bobby Joseph gunakan adalah Suzuki Aerio warna merah keluaran tahun 2002 dengan mesin manual 1500 cc. Mobil itu dibeli oleh ayahnya seharga Rp 123 juta. Sekarang mobil itu sudah menjadi miliknya. Sedangkan KIA Carens EX keluaran tahun 2000 bertansmisi manual 1800 cc adalah mobil ibunya. Mobil itu terkadang ia gunakan untuk mengantar ibunya belanja di supermarket dan pergi ke Gereja. Sedangkan mobil pertama keluarganya adalah Toyota Kijang keluaran tahun 1991.

"Sebenarnya aku lupa mobil Aerio aku tahun 2001 atau 2002 ya ? Jika nanya harga, aku belum begitu paham juga Mending nanya ibuku. Ibuku juga mungkin sudah lupa," ujar Bobby.

Pemain sinetron Candy ini mengaku suka Suzuki Aerio karena sangat irit bahan bakar, mengusung faktor keamanan standar, Antilock Breaking System (ABS) dan Electronic Break Force Distribution (EDB). "Dari Cibubur hanya Rp 25 ribu, tidak kurang atau strip. Lagi pula gua tenang jika dah markirin mobil," katanya. Lampu depan berbentuk segitiga membuat Bobby bisa tampil percaya diri menjadi cowok gaul. Bagasi belakang yang luas membuat Bobby bisa membawa celana pendek, pakaian syuting, sepatu futsall, payung dan topi. Di kabin tengah ia biasa menyimpan naskah sinetron dan di depan, persisnya di dekat kaca, ia menaruh salib, replika mobil Ferrari, koleksi CD dan pengharum ruangan.

Menurut Bobby, beberapa bagian Suzuki Aerionya sudah dimodifikasi. Velg ia ganti dengan merek SSW, warna kulit jok disesuaikan dengan kabin depan ia ganti degan yang lebih terang sinarnya, dan setir dan persneling ia ganti dengan merek sparko. Tiga bulan kedepan, ia juga akan memodifikasi mobilnya sesuai dengan standar balap. Warnanya ingin ia ganti menjadi biru atau ungu metalik. Urusan modifikasi itu ia serahkan ke bengkel kenalan ayahnya di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat. Sementara untuk menjaga mesinnya, setiap dua bulan sekali ayahnya selalu mebawa mobilnya ke bengkel resmi Suzuki di Jakarta. "Setiap dua bulan ayahku selalu servis rem dan tune up," akunya. Kalau kotor, seminggu sekali ia cuci sendiri mobil itu. Tapi kalau kotor sekali, ia pasti bawa ke salon mobil di Cinere.

Cowok yang ingin sekali memiliki mobil balap Toyota Supra ini mengatakan bahwa Suzuki Aerio merahnya ini banyak membantunya. Mulai dari irit bahan bakar, bisa menyetel lagu dari band favoritnya seperti The Black Dahlia Murder dan menonton TV dan film. "Sayang, TV dan DVD-nya sekarang sedang rusak," keluh cowok kelahiran 29 November 1991 ini.

Bobby memiliki pengalaman menarik dengan Suzuki Aerio-nya. Setelah syuting sinetron Candy di Studio Persari, Ciganjur, Jakarta Selatan, Bobby dan ayahnya langsung masuk mobil. Mereka ingin pulang. Entah karena kelelahan atau kelupaan, ayahnya langsung menghidupkan televisi segera setelah menyalakan mesin. Baru satu menit, tiba-tiba mesin mobilnya mati. TV juga mati. Ternyata setrum akinya habis. Apa boleh buat, ia dan ayahnya harus mendorong Suzuki Aerio itu. "Semua tape aku matiin. Lalu dorong mobil berdua. Untung nemu bengkel yang buka. Keesokan paginya langsung dicek sama teman ayahnya," ceritanya.

Selain mendorong mobil itu, Bobby juga punya cerita kurang enak lain dengan mobil. Lagi-lagi dengan ayahnya. Mereka pernah melaju dengan Mercedesz Benz E320 keluaran tahun 1991 milik Roy, Omnya. Saat itu akan pergi ke Museum Batik lewat Tanah Abang, Jakarta Pusat. Tiba-tiba, koplingnya dol dan mobil langsung mogok. "Mobilnya loncat-loncat. Untung Papa langsung menelepon temannya sehingga tidak terlambat di acara," lanjut Bobby.

Seminggu yang lalu, ban tubelles Suzuki Aerionya bocor oleh paku tajam. Waktu itu ia baru saja selesai syuting sinetron Sentuh Hatiku di Studio Persari, Ciganjur. Untung saja, katanya, tidak beberapa jauh dari situ ada bengkel pompa nitrogen sehingga ia bisa pulang ke rumah. "Jika tidak ada pompa nitrogen, gua bisa gawat karena di Jakarta masih jarang," imbuhnya.

Itu cerita sedih dan tak enaknya. Cerita enaknya ? Kali ini Bobby sedikit tersenyum senang. Pada suatu hari, ia, Echa dan ayahnya melaju dengan Toyota Avanza milik Roy, Omnya, di jalan tol TB Simatupang, Jakarta Selatan, Bobby terpancing emosinya ketika melihat lampu hazard Toyota Vios yang berada di belakang mereka kedip-kedip. Menurut Bobby, itu adalah isyarat bahwa mereka ditantang untuk balapan. Bobby langsung "memanasi" ayahnya yang tengah santai di belakang setir. Echa, saudara sepupunya, juga ikut terpancing. Mengapa tidak diladeni? Batin mereka waktu itu. Ayahnya menginjak pedal gas dan Toyota Avanza itu melesat cepat. Mereka menang. Mereka senang. Mereka tertawa.

Tetapi bersama bapaknya pun Bobby pernah nyaris kalah. Saat itu mobil yang mereka hadapi adalah Honda Jazz modifikasi. "Seneng aja. Sampai ujung keluar tol, digeber abis sama Papa. Tersusul juga dan akhirnya menang," kenangnya bahagia.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...